Bagi yang berminat untuk membeli Dinar Emas/Dirham Perak atau membutuhkan penjelasan lebih lanjut dapat menghubungi saya,
Hafidz Iskandar di nomor telepon 0813 - 114 22 801
Jam kerja : Senin - Jumat (kecuali hari libur) 07.00 WIB - 16.00 WIB

Menggapai Stabilitas Nilai Uang Tanpa Menggunakan Gold Standard

Ternyata ada cara lain untuk menggapai stabilitas nilai mata uang selain dengan menggunakan Gold Standard. Ada cara lain untuk menggapainya selain harus mematok nilai mata uang dengan emas dalam satuan berat tertentu. Banyak syarat yang harus dipenuhi. Syarat yang paling utama adalah perlunya tingkat kedisiplinan yang tinggi dari pemerintah untuk mematuhi aturan permainan. Selain itu ada beberapa syarat lagi yang harus dipenuhi antara lain penghapusan kebijakan deficit spending, penghapusan sistem fractional reserve banking, penggantian sistem pengenaan pajak dan lain-lain.
David Zweig menulis sebuah artikel berjudul “Money Stability Without Using Gold Standard” yang isinya membahas dengan cukup detail tentang bagaimana caranya menggapai kestabilan nilai mata uang. Artikel tersebut di posting di website Financial Sense dan bila ingin membaca artikel aslinya silakan klik disini.

Dalam artikel tersebut David Zweig menguraikan syarat-syarat yang harus dipenuhi. Setelah itu diuraikan pula mengenai hasil yang akan dicapai bila syarat tersebut diterapkan. Berikut ini saya kutipkan (kutipan dalam huruf miring) syarat yang harus diterapkan oleh pemerintah agar nilai mata uang menjadi stabil, yaitu :

Here are the components of a system that combines the best of a gold standard (eliminating lasting inflation) with the flexibility required in today’s world and utilizing modern technology. This approach can create transparency, fairness and stability in government:

  1. Match tax with spending
  2. Eliminate Fractional Reserve Banking
  3. Separate banking from lending
  4. Replace existing taxes with a net worth tax - it would not only be fair, but invisible and painless
  5. Eliminate the state level of government
  6. Automate registration of property and loans
  7. Create personal escrow accounts funded by transaction taxes
  8. Discourage the use of barter.

Terjemahan bebas dari kutipan tersebut adalah kurang lebih :

“Berikut adalah komponen dari sebuah sistem yang menggabungkan kebaikan sistem Gold Standard (menghapus inflasi yang terus-menerus) dengan fleksibilitas yang diperlukan di zaman ini serta pemanfaatan kemajuan teknologi. Pendekatan ini akan menghailkan trnasparansi, keadilan serta stabilitas dalam pemerintahan :

  1. Menyamakan pendapatan dari pajak dengan belanja pemerintah
  2. Menghapus sistem Fractional Reserve Banking
  3. Memisahkan jasa perbankan dengan jasa peminjaman
  4. Mengganti sistem pajak yang ada sekarang dengan pajak atas simpanan kekayaan – dimana dengan menggunakan sistem ini bukan hanya memberikan keadilan akan tetapi juga sistem ini bekerja dibelakang layar dan juga tidak menyakitkan
  5. Menghapus pemerintahan tingkat “state”(negara bagian)
  6. Pendaftaran hak milik dan pinjaman secara otomatis
  7. Membuka rekening escrow/sementara yang dananya diambil dari pajak atas transaksi
  8. Penghapusan sistem barter. “

Dari delapan syarat ini yang paling menarik bagi saya adalah syarat ke-4 yaitu keharusan mengganti sistem pajak sekarang dengan pajak atas simpanan kekayaan (net worth). Apa hubungannya mengganti sistem pajak dengan kestabilan nilai mata uang? Jawabannya adalah keadilan dalam bentuk kesamaan daya beli relatif (relative buying power). Menurut Wikipedia, Buying Power adalah bagian dari pendapatan yang tersedia untuk dibelanjakan.

Dalam artikelnya David Zweig menjelaskan bahwa dengan menerapkan pajak atas simpanan kekayaan maka uang setiap orang akan tetap memiliki daya beli relatif yang sama antara sebelum dan sesudah membayar pajak. Tulisan lengkapnya adalah “A net worth tax applied equally to all wealth in the system, affects each dollar of value proportionally the same. Thus, no matter how wealthy people are, each person has the same relative buying power after paying the tax as they had before.”

Yang saya tangkap maksud dari daya beli relatif/relative buying power adalah dapat digambarkan dengan contoh berikut, misalkan ada 2 orang kepala keluarga masing-masing kita sebut saja Patrick dan Sponge Bob yang hidup bertetangga yang keduanya memiliki 3 orang anak dan keduanya sama-sama memiliki penghasilan sebesar Rp 250 juta/tahun. Dengan menggunakan sistem pajak sekarang kedua orang tersebut dalam setahun harus membayar pajak sebesar Rp 67,5 juta dengan asumsi penghasilan tidak kena pajak per tahun adalah Rp 25 juta dan tarif pajak 30%. Dalam sistem pajak sekarang, kedua orang tersebut membayar pajak dalam jumlah yang sama. Sayangnya, seperti orang bijak bilang, sama belum tentu adil. Setelah ditelusuri lebih jauh, si Patrick ini termasuk orang yang beruntung. Rumah yang sekarang ditempatinya berasal dari pemberian orang tua. Ketiga orang anaknya pun sehat dan cerdas semuanya. Berbeda jauh dengan keadaan si Sponge Bob. Rumah yang sekarang ditempatinya dia beli dengan meminjam uang ke bank dan sampai saat ini belum lunas juga. Sementara itu dirinya sendiri menderita alergi terhadap makanan murah. Dijamin tidak akan masuk ke mulutnya sesuap-pun makanan yang harganya murah (mohon maklum, ini kan cuma contoh). Intinya adalah biaya hidup minimal Sponge Bob jauh lebih tinggi daripada Patrick.

Dengan adanya tambahan informasi tersebut, terlihat jelas bahwa bila keduanya harus membayar pajak dalam jumlah yang sama maka Sponge Bob mendapatkan perlakuan yang tidak adil. Berbeda misalnya bila sistem pajak sekarang diganti dengan sistem pajak atas nilai kekayaan bersih/net worth (definisi sederhana dari net worth adalah jumlah semua ativa/kekayaan dikurangi hutang). Dengan pajak atas net worth maka Patrick harus membayar pajak lebih banyak karena selain tidak punya hutang, biaya hidup minimal diapun rendah sehingga mampu membeli barang yang diinginkan sehingga hidupnya lebih menyenangkan. Dengan pajak atas net worth maka Sponge Bob hanya akan dikenai pajak sedikit saja atau bahkan bisa tidak membayar pajak. Bagaimana mungkin Sponge Bob bayar pajak atas net worth sementara dia masih punya hutang rumah yang belum lunas serta biaya hidup minimalnya tinggi sekali mengingat penyakit alerginya yang tidak biasa itu? Jangankan untuk membeli barang yang diinginkan, untuk bertahan hidup saja sudah menjadi beban baginya.

Dari contoh diatas terlihat jelas bahwa dengan menerapkan sistem pajak atas net worth maka akan tercipta keadilan bagi masyarakat dalam membayar pajak karena sistem pajak atas net worth sangat memperhatikan beban hidup masing-masing individu. Sepengetahuan saya, sistem pajak ini bisa dibilang mirip dengan sistem zakat dalam syariat Islam.

0 comments:

Designed by Posicionamiento Web | Bloggerized by GosuBlogger